Wednesday, February 11, 2015

Aku merasakan kehilangan kamu part 2



Malam ini tumben sekali Rafael tak mengirimkan pesan singkat. Apakah dia sibuk? Ada masalah? Atau gimana ya? Ah, Aku lupa. Aku ini kan bukan kekasihnya, Vel. Aku tak boleh mempunyai harapan seperti ini. Aku tidak boleh menjadi orang ketiga,Vel. Kamu harus sadar diri.
" Vel, Maaf baru kabarin ya. Lagi apa? Udah makan belum? Besok kita ngebasket lagi ya:* "
 Gimana enggak mau baper kalau kamu terus memberi pesan singkat seperti ini. Gimana aku enggak mau berharap lebih kalau kamu terus selalu bersikap seperti ini. Aku Avreliya selalu menahan untuk tidak berperasaan lebih. Namun, Manusiawi bukan benih-benih cinta itu tumbuh dengan sendirinya?
" Hai Raf. Gapapa kok. Gue lagi tiduran aja, Belum makan. Iya kabarin aja ya Raf :) "
Seperti itulah rutinitas aku bersama Rafael.. Bertukar pesan singkat setiap hari tanpa henti, Rafael mengajak ku bertemu dan main basket setiap sore, Menelfon ku bila ia tidak bisa menemui ku hari ini. Sungguh seperti pasangan, bukan? Bolehkah aku bersikap seakan-akan dia milik ku? Salahkah aku bila aku mencintainya dari sebatas teman dekat? Berdosakah bila aku berharap lebih untuknya?
Ia memang mempunyai kekasih, milik seseorang dan aku tak patut mendampinginya. Kalian pasti mengatakan aku wanita murahan, wanita tolol dan tak tahu diri. Tapi, Salah kah bila perasaan itu tumbuh dengan sendirinya? Salah kah itu!??!
" Besok kamu bisa main nggak? Kita main ke rumah Adam yuk. Aku kangen masa wkwkwk "
Jangan salahkan aku bila aku selalu bersama Rafael. Rafael selalu mengajak ku untuk bertemu, menjemput aku, menemani aku saat kesepian. Aku tak tahu bagaimana perasaan kekasihnya bila ia mengetahui hal ini. Mungkin ia akan menampar pipi ku sampai darah dari pelipis ku bercucuran.
" Terserah kamu aja Raf. Bisa aja kalo ngomong si pendek ya haha "
" Hey kamu ngaca dong, Vel. Kamu pendek juga nggak? Awas aja kalo ketemu. Aku cubit loh :p "
Sampai kapan ya hubungan ini akan berjalan. Sebenarnya aku tak tahan kalau aku harus menahan perasaan ku tuk memilikinya, Aku sudah tak nyaman bila aku hanya dijadikan selir hatinya. Berlebihan memang. Tapi, Sungguh ya aku tidak pernah meminta Tuhan untuk menurunkan perasaan ini. Aku juga tak ingin. Iya, karena ia telah memiliki pasangan.
 " Woy! Ngelamun aja lu, Dek. Mikirin Rafael ya? Duh jangan dipikirin. Sana makan malem " Seru kakaku yang membuyarkan lamunan ku.
 " Kak, Gue kaya cewek nggak laku ya kalo ngarepin pacar orang? " sergah ku seraya menarik lengan kakak ku
" Ya enggak juga sih. Serba salah sih jadi lo, Dek. Di deketin duluan, Di godain duluan. Hukum alam kali, Dek. Kalau tau-tau si cewek bakalan ngarep " kata kakak ku
" Ya Allah, Kak. Hidup gue kayanya rumit banget sih. Kalo dia sayang kenapa nggak mutusin ceweknya aja ya kak. Gue bingung dia tuh rakus atau gimana ya " dengus ku
" Ya, Hati-hati aja ya. Cowok mah gitu, Dek. Tapi, Selingkuhan itu lebih bahagia loh daripada  pacarnya hahahahahahahhaahha " kata ku sambil menyindir aku
" Maksudnya apa nih? " kata ku sinis.
Lagi-lagi aku seperti wanita bodoh yang memikirkan Rafael yang jelas-jelas bukanlah milik ku. Pernah tidak sih kalian merasakan Dilema yang sangat akut? Kalian tidak bisa memilih harus menunggu atau meninggalkan? Menunggu walau harus tersakiti selalu menjadi kedua, Meninggalkan walau harus menyesal akhirnya. Sungguh, Pilihan yang menyusahkan dan membuat hati ini meringis. Bila aku harus mengakhiri ini semua.. Persahabatan ku dengannya otomatis akan terputus selamanya. Karena aku harus menjauh.. sangat jauh dari dirinya dan berusaha bersikap tahu diri.



To Be Continued.....

6 comments:

  1. Suka. percakapannya renyah :)

    *jadi inget pengalaman pribadi*

    ReplyDelete
  2. Posisi kayak gitu emang bikin dilema ya. Duh. ._.

    ReplyDelete
  3. Wah kalo kayak gitu sih emang seringnya suka bawa bawa perasaan -_- jadi dilema juga

    ReplyDelete

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik