“Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
Untuk lelaki yang masih ku rindukan dan ku benci namun aku mencintainya.
Beribu-ribu kali ku katakan aku merindukan mu. Entah, Bagaimana caranya aku harus meluapkannya. Sekedar bertemu sekilas saja tak apa.
Dan, Nampak tolol nya diri ku ini Ya Tuhan..
Banyak lelaki datang mendekati ku, Berusaha mengambil hati ku yang masih banyak sekali goresan luka, Berusaha mendekap ku ke relung jiwanya. Tapi, Maaf, Tuan yang ku hormati. Inilah sebabnya aku masih sendiri.. Luka yang Tuan Berwajah Oriental buat sangatlah sempurna hingga aku membutuhkan lelaki tulus yang mau mengobati goresan luka ku hingga ke dalam hati ku ini.
Kenyataan yang harus terima adalah kau bukanlah lelaki yang ku cintai, melainkan kau adalah lelaki asing yang bermata sipit, berhidung mancung yang sama sekali tak mengenali ku.
Rasanya aku masih ingat pertama kali kita berjumpa. Wajah mu begitu jutek, tak acuh kepada lingkungan sekitar. Saat pertama kali kita menonton bersama teman-teman mu.. Acuh sekali wajah mu, Sayang.
Engkau belahan jiwa ku yang dulu ku puja, ku cinta, ku khawatirkan apabila engkau terjadi sesuatu dengan mu. Namun, sekarang kau lah belahan jiwa wanita lain yang mungkin beribu lebih baik daripada diri ku ini.
Aku tidak membenci mu, Sayang. Aku hanya membenci aku harus bernafas dan menjalani hidup ku tanpa kehadiran mu. Aku hanya membenci mengapa terlalu cepat kau tusukan pisau belati mu ke dalam hati ku yang baru saja kau obati?
Aku sedang mencintai mu diatas puncak, Lalu kau dorong aku seakan kau membuang ku dari singasana yang kau sediakan untuk ku, Namun, Karena kau menemukan yang baru kau harus membuang ku dari puncak sana. Tanpa, Harus tahu bagaimana rasa sakitnya aku yang kau buang.
Teganya kau merobohkan hati ku yang berusaha kuat bertahan.
Dalam tulisan yang pahit ini memang sebenarnya tak jelas alurnya, plotnya atau pun awalan dan akhirannya. Mungkin, Karena gadis polos yang hanya menceritakan apa yang ada dibenak ku sekarang karena gadis itu merindukan Tuan nya yang tak kunjung datang kembali ke relung jiwanya.
Aku tak mengerti mengapa hati ku susah sekali ku buka. Seakan-akan hati ini trauma untuk keluar dan mendekap lelaki lain. Hati ini takut untuk memeluk lelaki dalam kehangatannya karena dulu Tuan tega menusuk hati ku hingga susah 'tuk diobati.
Aku senang menatap foto mu dari akun facebook mu. Mata sipit mu yang amat ku suka. Hidung mu yang mancung yang selalu ku benamkan tatapan ku. Bibir tipis mu yang selalu melengkungkan untuk memberi ku senyuman. Aku sangat rindu itu, Tuan.
Hal-hal kecil yang terlihat konyol memang susah ku lupakan, Sayang.
Kau ingat Vanilla Milk Tea?
Kau ingat Malam minggu yang sering kita lewati untuk menonton film Horror?
Kau ingat Membuka kan aku pintu mobil?
Kau ingat Kau mencium tangan ku?
Kau ingat Kau bersandar di pundak ku?
Kau ingat Obrolan manis kita tentang Korea?
Kau ingat Kau suka mengatakan bahwa kau sayang dengan ku?
Kau ingat Saat kau menggengam tangan ku saat kita menonton film?
Kau ingat Saat kau memeluk ku dalam dekapan dada mu yang hangat saat ku merasa takut?
Apa kau lupa itu semua!? Aku nampak sekali seperti baru patah hati. Memang. Aku baru dijatuhkan dari puncak kedamaian, Lalu, Kau dorong aku dengan keras. Dan, Kau, Hanya tertawa keras tanpa merasa bersalah melihat aku terpuruk sendiri, berdarah dengan kepedihan setelah kau hantam dengan keras.
Kini, Aku berusaha bangkit dari keterpurukan yang dalam. Aku berusaha mengobati luka-luka yang teriris oleh belatinya. Aku berusaha melumpuhkan semua ingatan ku tentang ia. Aku berusaha membuang semua fikiran tolol ku tentangnya. Aku berusaha membunuh rasa kerinduan yang amat menghantui ku setiap malam. Aku berusaha mendorong kecemburan yang amat membara dihati ini. Aku berusaha melupakan mu, Sayang.
Dari wanita yang
selalu mendoakan mu
diam-diam :)







No comments:
Post a Comment