Sunday, December 21, 2014

Untuk Tuan Berwajah Oriental

Rindu yang tak terbendung lagi rasanya. Hari ini aku tak melihat kamu, tidak menikmati mata sipit mu dan hidungmu yang terlihat mancung setiap aku membenamkan tatapan diwajah mu.
Wahai, Tuan ku yang amat ku rindukan, Aku hanya bisa mencari kabar mu lewat akun Facebook mu dan diam-diam bertanya mengenai kabar mu. Aku terlihat gadis yang tolol yang masih saja mencari kabar mu sedangkan dirimu? Untuk melihat ku saja kau tak akan peduli. Tapi, Aku bisa apa? Hati ini selalu memaksa ku untuk mencari kabar mu. Tahu apa yang kau sedang lakukan.

Dalam tulisan ini, nampak jelas ada seseorang yang bodoh,alay,tolol karena ia merindukan mu. Pasti kau ingin bilang aku ini gila, kelewat batas. Asal, kau tahu aku tidak pernah meminta Tuhan untuk aku menggilai mu. Sungguh aku tak pernah meminta. Kau boleh saja berucap kalau aku ini gadis yang tolol. Tapi, Ada daya? Ini akhir kisah yang telah kau buat. Namun, Hanya aku saja yang merasakan kutukan cinta ini. Kau? Kau bahagia diluar sana dengan teman-teman mu,Tertawa lepas dengan wanita baru mu (mungkin ini akan terjadi). Sungguh, Miris memang hidup ku. Kelam sekali.



Tapi, Aku senang merindukan mu. Terlebih tepat saat aku mengingat minuman yang kita pesan saat kita jalan berdua. Vanilla Milk Tea, Kamu sangat menyukai itu. Bagi ku itu terasa aneh sekali dengan selera ku yang sangat berbeda dengan mu. Namun, aku mencicipi rasa itu Vanilla Milk Tea itu terasa enak sekali dikecapan lidah ku. Aku memang berlebihan sangat berlebihan. Kau bisa saja menghardik ku karena tulisan ini. Maafkan aku, Tuan Berwajah Oriental yang ku rindukan.

Seandainya saja kita tak saling mempunyai perasaan sayang satu sama lain. Mungkin hal-hal menyakitkan seperti ini tak akan aku rasakan. Tak ada perpisahan yang sangat miris seperti ini. Sungguh, Aku tak ingin. Namun, Tuhan pasti ada rencana lain. Apakah Tuhan hanya ingin aku lebih bersikap sabar? Sabar dengan keadaan ini,perlakuan mu kepada ku?

Dalam tulisan ini.. Ini adalah perasaan terdalam ku. Perasaan dan kerinduan yang menggebu-gebu yang tak tahu harus aku luapkan bagaimana caranya. 
Luka hati ini masih basah, masih merah merekah saat kau gores dengan pisau belati mu, Tuan. Setiap luka memang akan ada kebahagian. Entah kapan itu terjadi, Aku akan menunggu kebahagian itu datang menjemput dan menutup gores-goresan luka ku yang amat perih.

Tuan, Aku memang mencintai mu, menggilai mu, dan merindukan mu. Namun, Apa kah kau begitu dengan ku? Apa kau mencintai, menggilai dan merindukan wanita lain? Bila, Iya. Sungguh, Kau memang Tuan yang amat jahat. Rasanya ingin aku membenci mu, Tapi hati ini tidak pernah bisa membenci kau bagaimana perlakuan mu kepada ku, Tuan.

Tuan, Kau ingin layaknya air ombak yang hempaskan aku, Aku yang layaknya karang yang kau hempas begitu kasar! Sakit rasanya engkau hempas kan ku begitu saja. Dan, lagi-lagi untuk membenci mu aku tak akan bisa. Sekedar tak ingin tahu kabar mu saja aku tak bisa. Tolol, bukan?

Tuan, boleh kah aku mengatakan aku amat merindukan mu disini? Aku ingin sekali mendekap kau dalam relung jiwa dan hati ku. Aku ingin sekali terbenam dalam kehangatan mu lagi. Aku ingin sekali melepaskan tawa ku dalam hidup mu.
Namun, kau bukanlah milik ku, Tuan. Kau sedang bahagia dengan wanita yang kau sebut ' Dia lebih baik daripada mu '.

Kau tahu, Tuan, Aku sudah sesabar apa. Aku yang rela tidak menuntut mu ini itu, karena kesibukkan mu yang segunung. Aku berusaha sekuat dinding yang kokoh yang kau ludahi, kau coret-coret. Apakah kau tak melihat kesabaran hati seseorang gadis dari semua sikap ku yang selalu menahan amarah didepan mu?!

Kau tak lihat air mataku, tak lihat juga seberapa banyak goresan lukaku selama ini, Kali ini, biarkan aku menangis diam-diam, terluka sendirian. Tapi, suatu saat aku sangat yakin dengan waktu. Waktu yang akan menyembuhkan luka parah ku, tangisan ku yang selalu tertetes dari pelupuk mata ku. Hidup ku akan lebih bahagia dari mu, Tuan.

Tuan, Dari tulisan ini aku hanya ingin mengatakan kau begitu indah dikedua bola mata ku yang cokelat. Kau begitu sangat aku cintai.

Dari wanita yang percaya
cinta mu, namun, hanya bual belaka. 

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik